WAHYU GAGAK EMPRIT

Admin Desa Panggisari 21 Maret 2021 11:40:24 WIB

Di  malam Jumat Sunan Kalijaga seperti malam-malam yang lain mengajar  murid-muridnya yang bernama Pemanahan dan Giring. Seperti biasa setelah pengajian selesai Giring  selalu mengambilkan secangkir air bening untuk gurunya. Setelah membasahi tenggorokannya dengan setetes air bening, Sunan Kalijaga berwasiat kepada kedua orang muridnya. Bahwa kelak di tanah Jawa akan turun wahyu Gagak Emprit. Kedua murid memperhatikan dengan saksama tanpa menoleh sedikitpun ke arah lain selain ke arah Sunan Kalijaga. Siapapun yang kedunungan Wahyu Gagak Emprit kelak keturunannya bisa menjadi penguasa di Tanah Jawa. Keduanya bersemangat ingin mendapatkan wahyu itu, ini terlihat dari berbagai pertanyaan yang dilemparkan kepada Sunan Kalijaga gurunya. Untuk laku semedi, akhirnya kedua muridnya diberi kesempatan untuk mencari Wahyu Gagak Emprit. Keesokan harinya mereka berpamitan kepada gurunya untuk mencari wahyu dengan arah yang berbeda.Setelah beberapa lama bersemedi Ki Ageng Giring mendapatkan wangsit bahwa wahyu Gagak Emprit berada di satu-satunya pohon kelapa di tepi rumah Ki Ageng Giring yang buahnya hanya satu. Akhirnya Giring bergegas pulang dan tak lama kemudian setelah beristirahat dan makan segera mencari kelapa yang diwangsitkan itu. Hatinya Giring merasa gembira campur debar karena ternyata wangsit itu benar adanya. Dengan berhati-hati dipanjatnya pohon kelapa itu dan dipetik buahnya. Karena giring baru saja makan, maka ada kekhawatiran tidak habis jika air kelapa dan isinya langsung dimakan. Sehingga kelapa itu ditaruh di sudut balai- balai dan ditinggal ke ladang  dengan perhitungan nanti setelah bekerja terkena panas maka tenggorongkanku akan merasa lebih haus dan perutku jadi lapar.

Tak disangka takdir berkata lain, sepeninggal Giring ke ladang datanglah Pemanahan ke rumah Giring. Dengan mengucap salam  Pemanahan masuk ke rumah Giring. Setelah dipersilahkan duduk oleh istri Giring, tanpa basa-basi Pemanahan  meminta kelapa yang ada di balai balai rumah Giring. Istri Giring yang tidak mendapat pesan apapun dari suaminya langsung memberikannya kepada adiknyanya Pemanahan. Dalam sekejap air kelapa dan isinya dilahap habis.  Alhamdulillah segar sekali rasanya guman Pemanahan. Tak lama kemudian Giring pulang dari ladangnya. Melihat kelapa yang berisi Wahyu Gagak Emprit sudah dimakan adik Pemanahan, sambil menepuk-nepuk bahu adiknya   mengucapkan Alhamdulillah adik yang kedunungan Wahyu Gagak Emprit. Pemanahan terbengong-bengong mendengar ucapan kakaknya Giring. Dijelaskannya kejadian yang menimpa Giring dari awal hingga memperoleh buah kelapa yang sudah dimakan adiknya. Pada awalnya Giring menghendaki bergantian kelak yang menjadi  penguasa tanah Jawa, namun adik Pemanahan tak berkenan. Sehingga  akhirnya mereka bersepakat ketika  keduanya punya anak yang berbeda jenis akan dinikahkan agar keduanya merasakan kebahagiannya.

Dalam cerita ini ada pencerahan yang bisa kita ambil manfaatnya. Pertama, adalah laku semedi yang diperintahkan oleh Sunan Kalijaga agar kedua muridnya untuk selalu berdoa ketika ingin menggapai cita-cita. Kedua, istri Giring tidak ragu-ragu untuk memberikan kelapa kepada adiknya Pemanahan. Unsur sodakoh tanpa pamrih menjadi contoh buat kita semua. Ketiga, Giring termasuk orang yang menerima ing pandum atau nglenggana dengan takdir,  manusia berusaha Tuhan yang menentukan. Keempat, Pemanahan dengan senang hati akan berbagi dengan keluarga Giring dalam hal kebahagiaan.

Dokumen Lampiran : WAHYU GAGAK EMPRIT


Komentar atas WAHYU GAGAK EMPRIT

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Layanan Mandiri


Silahkan datang ke Kantor Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukan NIK dan PIN

Sinergitas Program

Komentar Terkini

Statistik Pengunjung

Hari ini
Kemarin
Jumlah pengunjung

Lokasi Desa Panggisari